Opini pertama
menulis bisa jadi menjadi suatu hal yang sulit untuk dilakukan, karena tidak adanya ide yang bisa dicurahkan, tidak bisa menuliskan kat-kata yang tersimpan dibenak. Tetapi menulis bisa jadi menjadi suatu hal yang mudah dilakukan. karena kata-kata akan tertuang dengan sendirinya, semua yang ada di otak dapat dicurahkan melalui goresan tinta, karena banyak wawasan yang tersimpan di otak ang terekam seiring dengan banyaknya bacaan yang dilahap, kemahiran tangan dan otak bersama-sama mencurahkan suatu ide mapupun pendapat.
Benar adanya jikalau banyak yang mengatakan bahwa menulis adalah proses. enulis bisa dikatakan suatu keberanian untuk mencoba, ditolak. menulis melatih kita untuk mengakui pendapa orang lain, dan menulis perlu usaha dan kemaun untuk terus belajar.
opini pertama ini merupakan salah satu bentuk pendapat penulis dan keikut sertaan penulis dalam kegiatan workshop penulisan kerja sama dengan salah satu surat kabar. sebelum terbit mengalami penolakan, adanya kritik saran dari beberapa rekan dan sahabat, kemudian proses editing sehingga opini ini dapat ditayangkan. tayang juga di
https://www.instagram.com/p/BqgOdxzFubm/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=1tv17jqa5vokf
Diterbitkan di harian wawasan Jumat tanggal 23 November 2018
BLOG SRI UTARI
Memaksimalkan peran pustakawan untuk menebar kemanfaatan
Senin, 26 November 2018
Rabu, 18 April 2018
Resensi Buku
Resensi Buku
Add caption
Judul Buku : Damar Hill
Pengarang Buku : Bulan Nosarios
Penerbit Buku : Kompas Gramedia
Kota Penerbitan Buku : Jakarta
Tahun Terbit Buku : 2017
Ketebalan Buku : 307 Halaman
Sinopsis Damar
Hill
Membaca buku
ini, akan membawa pembaca seolah-olah berada di Dataran Tinggi Gayo, tinggal di sebuah penginapan yang nyaris
dijual karena tidak ada peminatnya lagi. Pemutusan hubungan kerja yang di
alami Nadya (putri pemilik penginapan) merupakan
napas baru bagi kehidupan penginapan tersebut. Nadya yang pada awalnya bekerja
sebagai pustakawan, selalu menghabiskan waktu akhir pekannya untuk membaca buku
dan merenung di sebuah café, ternyata kebiasaan tersebut di amati oleh si
pemilik cafe. Brosur tentang sebuah penginapan di dataran tinggi yang ditempelkan Nadya di Café tersebut, menjadi jembatan pertemuannya dengan Daryl (seorang
lelaki yang berusaha melupakan masa lalunya dengan mencari ketenangan).
Nadya dan Daryl memiliki kegemaran yang sama
yaitu membaca, sampai akhirnya mereka memiliki rasa saling suka. Akan tetapi rasa
itu datang terlambat, karena Daryl sudah pernah menambatkan hatinya ke Katinka.
“Kita tidak hidup untuk masa lalu. Ada saatnya mempertahankan, dan ada saatnya kita harus belajar melepaskan” (304, 2017)
“Kita tidak hidup untuk masa lalu. Ada saatnya mempertahankan, dan ada saatnya kita harus belajar melepaskan” (304, 2017)
Novel ini
pada awalnya tidak menarik untuk dibaca, akan tetapi kejutan-kejutan dengan
adanya tokoh baru disetiap bagian menjadikan pembaca selalu bertanya-tanya apakah
akhir dari cerita novel ini, sehingga pembaca pasti ingin membacanya sampai selesai.
Cerita ini bisa
jadi dialami oleh siapapun, tentu dengan cerita yang berbeda. Cara penulis
menampilkan problema yang dihadapi tokoh sampai akhirnya mencari jalan keluar
dan mengambil keputusannya, dapat direnungkan untuk menjadi gambaran dalam menyelesaikan masalah.
Dataran tinggi Gayo memberikan gambaran kepada para pemuda bahwa, bekerja tidak harus dikota pekerjaan dapat diciptakan atau diperoleh di desa bahkan di dataran tinggi sekalipun. Pengalaman dan nasihat dari orang tua dan harmonisasi dengan masyarakat sekitar, sangat dibutuhkan dalam meraih kesuksesan.
Dataran tinggi Gayo memberikan gambaran kepada para pemuda bahwa, bekerja tidak harus dikota pekerjaan dapat diciptakan atau diperoleh di desa bahkan di dataran tinggi sekalipun. Pengalaman dan nasihat dari orang tua dan harmonisasi dengan masyarakat sekitar, sangat dibutuhkan dalam meraih kesuksesan.
Langganan:
Postingan (Atom)